Aku sudah memaafkanmu. Kuabaikan seluruh sifat burukmu. Aku sudah
memaafkanmu dengan segenap hatiku. Memaafkanmu memang sudah nazarku. Sebelum
kesibukan menelan setiap jam yang kupunya, aku akan meminta maaf padamu atas
semua kesalahanku dan memaafkanmu pula.
Kita sudah saling memaafkan, bukan?
Aku sudah tidak pernah melangkahkan kakiku melewati batas teritori
antara hidupmu dan hidupku. Tak sekalipun aku berusaha menerobos garis kuning yang
terbentang di antara kau dan aku. Begitu pula dirimu. Aku mengingatmu sebagai
bagian dari sejarah kehidupanku yang kompleks. Memori tentang dirimu tidak
pernah terkikis oleh waktu. Bahkan aku masih ingat bagaimana kau merengkuh
tubuhku ketika aku dihadapkan pada kenyataan hidup yang membawaku pada jalan
buntu.
Kini kau sudah memutus urat kesabaranku.
Kusodorkan senyum, kau sajikan caci maki.
Quid feci tibi? What have I done to you?
No comments:
Post a Comment