Sunday, April 5, 2020 0 comments

melepaskan

lenyaplah engkau ditelan samudra
tersapu gelombang
pergilah
tenggelam ke dalam gelapnya palung lautan
melebur
tiada wujud
lupakan segala yang pernah ada dan hidup di masa lalu
masa itu telah usai
biar jadi buih yang takkan diingat, bahkan muncul sejenak dalam benak pun adalah kemustahilan
sekali lagi,
lenyap
lenyaplah
lenyaplah engkau ditelan samudra
Friday, February 8, 2019 1 comments

Angin dan Dedaunan

angin dan dedaunan tak pernah saling bertegur sapa
seringnya, angin seperti anak kecil yang berlarian kesana kemari
nanti disana, sejurus kemudian sudah di lain tempat
angin dan dedaunan tidak pernah saling menyatakan rasa
tetapi mereka berdua tahu kapan dan di mana mereka akan bercumbu, walau hanya dalam kedipan mata
sayangnya, dedaunan takkan hidup abadi bersama angin
angin akan membawanya pergi ke tempat peristirahatan terakhirnya
daun tak pernah mempertanyakan kemana angin akan membawanya
tak juga ia merajuk bila jatuh di antah berantah
yang penting ia bisa beristirahat dengan tenang, kembali pada haribaan pertiwi
tak pula ia bersedih karena tiada kata-kata yang keluar dari angin yang mengantarnya pergi
karena mereka berdua tahu bahwa sedih pun tiada guna
kesedihan hanya membuat kepergian menjadi beban berat
mereka hanya membawa suka
bagi mereka duka seharusnya ditinggalkan, bukan dirawat hingga tumbuh dan mengakar kuat
Tuesday, February 5, 2019 1 comments

sepertinya tempatku bukan disini

ketika semua kataku tak lagi kau dengar
semua ucapanku adalah dusta bagimu
hadirku tak lagi membahagiakanmu
keluh kesahku berubah menjadi angin lalu
ceritaku hanya seperti gula pada kopimu
bila pahit terasa, kau nista
bila nikmat kau rasa, tiada pujian terucap
kau menutup telingamu ketika semesta bersabda
melalui anak-anaknya yang hina dina di matamu
kau masih dapat tergelak terbahak-bahak
saat aku menanggung dosa-dosamu
kudengar mulut gatalmu tetap asyik menggunjing
sementara aku merengek memintamu berhenti
cibir dan dongkol kawan-kawanmu tak mampu menggugahmu
bercermin kau enggan
kalaupun kau mau, seperti Narkissos kau akan bercermin—mencintai bayangmu sendiri, lalu mati hanyut bersama bayangmu

mungkin aku hidup seperti bumbu pelengkap
aku tidak akan pernah menjadi bumbu penyedap
bagi dunia yang terasa seperti sajian hambar
dunia ini dan duniamu, akan tetap hambar,
dengan atau tanpa kehadiranku
semua sama saja
lalu,
untuk apa kau mencintai diriku yang tak ingin kau cintai?
untuk apa kau menginginkanku hadir dalam hidupmu?
untuk apa aku hidup?
untuk apa aku lahir?
untuk apa?
Friday, November 16, 2018 1 comments

Bernapas

ruangan ini besar
tidak banyak orang
tetapi
tangan-tangan mereka seakan mencengkeramku
mereka mencekoki diriku dengan anggur asam,
sembari tangannya mencekikku
mereka mengecupku manis
dan meninggalkanku dengan tanda tanya dalam kehampaan
mereka merenggut kebahagiaanku dan semua yang kupunya
mereka mencoba merasuki alam bawah sadarku,
berharap ingatan-ingatan yang kupunya dapat mereka bawa pergi
lantang ku teriak
semakin kuat cekikan mereka

sesak

aku memang ingin mati
cepat atau lambat aku akan mati
namun tidak seperti ini

Friday, August 24, 2018 1 comments

Menebak

sibakkan perlahan
satu per satu tirai
kalau pun kau mau menampakkan diri
aku akan sangat senang
karena aku
tak mampu menyentuhmu
aku berada di dasar bumi
sedangkan dirimu
api yang takkan pernah diam
mencari sesuatu untuk disambar
apapun
di manapun
kapanpun
aku disini diam menyaksikan dirimu
cahaya kecil yang panas
membakar ini dan itu
kau hanya mampir memberi sisa pestamu
kayu dan dedaunan yang berubah menjadi serbuk abu
lalu kau pergi lagi mencari kesenangan baru
katamu: aku datang, aku berpesta, aku senang, aku pergi
kalau aku tidak senang,
pantang aku berdiam
aku pergi lagi

sambil menyibak tirai
kubayangkan wujudmu
menebak apa yang akan kulihat
merencanakan langkah demi langkah setelah ini:
bertahan atau pergi 

Friday, May 18, 2018 1 comments

Bangun

lelapku telah berakhir
dalam berjuta cahaya
yang membuyarkan
cita tentang cinta
asa tentang bersama
lamun tentang keabadian
warna telah terbiaskan
menjadi putih yang menyilap mata
membuatku sadar bahwa
semua yang kulalui
tak lebih dari sepasang hitam dan putih


1 Maret 2018.
Wednesday, September 13, 2017 1 comments

Suara yang Tak Disuarakan

matamu
sepasang
telingamu
sepasang
tanganmu
sepasang
kakimu
sepasang
mulutmu
cuma satu

katanya
semua itu
diciptakan
supaya manusia 
lebih banyak 
melihat
mendengar
beraksi nyata
ketimbang
hanya berujar
namun tak sejalan
dengan yang dilihat 
didengar
dan dicipta

katanya
diam itu emas
tapi terlalu diam,
dikata pasif
bisu!
tak berguna!
singkirkan!
katanya
pendapat
harus disuarakan
tapi,
banyak bersuara,
dikata tong kosong nyaring bunyinya
banyak omong!
cari perhatian!
penjilat!
bungkam dia!
katanya
terlalu banyak melihat
terlalu banyak mendengar
dikata tukang nguping
tukang intip
mata-mata!
mau tahu aja kamu!
bukan urusanmu!
minggir!

katanya
terlalu banyak bergerak
dikata sok
sok apa?
sok keren!
banyak ulah!
cari perhatian!
cari muka!
penjarakan!

kalau begitu
aku akan menutup mata
menutup telinga
membungkam mulut
memasung diri
siapa tahu mereka senang
aku musnah
jadi debu.
 
;