Thursday, August 11, 2016 0 comments

Ada Damai di Kamar Mandi

bilur-bilur air kubiarkan menelanjangi tubuhku
membasuh resah
menyapu kotor
memadamkan api
mencairkan kutub
menyisipkan dingin dalam pori-pori
aku datang kembali
baru,
damai,
dan bahagia
dari akar rambut, ujung rambut, hingga kuku kaki.
di kamar mandi ini aku bertanya
untuk apa damai dan bahagia bersanding di kursi pelaminan
sedangkan di luar gedung pesta kulihat perang tak usai
sering orang bertanya, di mana kudapat damai dan bahagia
jawabannya?
di kamar mandi.
Wednesday, August 10, 2016 0 comments

Terinjak

Bungkamlah mulutku agar lidahku tak mengucap.
Tangan besimu boleh menggiringku ke bui gelap.
Wahai kau yang duduk angkuh di kursi kehormatan,
berapa emas kau dulang demi menyeret anak untuk meratap?
Sipirmu takkan melihat nanar dalam tatap
enggan gelap berdiri mantap
Dingin lantai ini erat membekap,
tapi kasih hangat mendekap.
Telanjur raga kau sekap
sukmaku lepas menembus atap
Maut menyusup celah jeruju dalam senyap
coba lucuti nyawa dalam kejap
Kedua mataku berjaga selagi terlelap
Menyulap maut jadi kudapan sedap

Lidah ini boleh kau putus hungga tak dapat aku mengecap.
Wahai kau yang duduk di singgasana reyot,
berapa lama lagi kau mengenyakkan diri di kursimu yang berayap?
Kakimu melangkah gagah, tapi melafal satu kata kau gagap.
Retorikamu mengasihi telinga-telinga yang haus,
namun lakumu sama seperti harimau kalap.
Mereka kau janjikan gerlap,
anak-anakmu lewati hari menggetap-getap.

Esok tiada lagi dirimu bercuap
karena dirimu hanya tinggal abu, sisa dari api dan asap.



27 Juli 2016, 00:24

Terima kasih @InrillianHF atas pencerahanmu. Kalau nggak ada kamu, puisi ini nggak ada judulnya. Danke :)
 
;