Wednesday, September 13, 2017 1 comments

Suara yang Tak Disuarakan

matamu
sepasang
telingamu
sepasang
tanganmu
sepasang
kakimu
sepasang
mulutmu
cuma satu

katanya
semua itu
diciptakan
supaya manusia 
lebih banyak 
melihat
mendengar
beraksi nyata
ketimbang
hanya berujar
namun tak sejalan
dengan yang dilihat 
didengar
dan dicipta

katanya
diam itu emas
tapi terlalu diam,
dikata pasif
bisu!
tak berguna!
singkirkan!
katanya
pendapat
harus disuarakan
tapi,
banyak bersuara,
dikata tong kosong nyaring bunyinya
banyak omong!
cari perhatian!
penjilat!
bungkam dia!
katanya
terlalu banyak melihat
terlalu banyak mendengar
dikata tukang nguping
tukang intip
mata-mata!
mau tahu aja kamu!
bukan urusanmu!
minggir!

katanya
terlalu banyak bergerak
dikata sok
sok apa?
sok keren!
banyak ulah!
cari perhatian!
cari muka!
penjarakan!

kalau begitu
aku akan menutup mata
menutup telinga
membungkam mulut
memasung diri
siapa tahu mereka senang
aku musnah
jadi debu.
Sunday, July 23, 2017 0 comments

Pesan untuk Adinda

di penghujung nafasku,
sebelum aku pergi
sampaikanlah pesanku untuk adindaku
"pucuk senjata boleh mencium kepalaku dingin dan melesatkan peluru, menembus kulit, lalu membunuh ragaku
entah ke mana ragaku kan dibawa pergi
namun jiwaku akan selalu bersamamu
cintaku takkan lenyap ditelan kezaliman
adindaku takkan lari dari pertempuran, itu yang kutahu
maka hadapi saja semua yang kau lalui dengan rasa syukur
niscaya kau akan tenang, dan aku pun akan bahagia walau tiada ragaku bersama engkau, adinda."

itulah percakapanku dengan seorang perwira di medan perang, yang baru saja kutemui dengan tiga peluru bersarang di dadanya
kemudian ia menyerahkan tangannya yang lemah ke dalam genggamanku, lalu kugendong dia menuju alam keabadian

***
soal pesan itu... tentu aku takkan lupa tuk sampaikan pada adindanya. aku tak pernah lalai, apalagi ingkar akan janjiku pada orang-orang yang kujumpai. kalau sampai aku lalai atau ingkar, tolong lenyapkan aku sekarang juga.

Tuesday, July 18, 2017 0 comments

Bahtera?

keluarga adalah tempatmu memulai semuanya dan mengakhiri perjalananmu dalam sehari.
di rumah ini kau langkahkan tapak kaki pertamamu
di depan televisi tabung kau tirukan om Krisyanto nyanyi "Pelangi di Matamu,"
lagu yang rupanya abadi hingga tujuh belas tahun kemudian
eh, nggak tahunya, kamu jadi penyanyi
di rumah ini, kau mencorat-coret buku-buku gambar yang sering kubelikan setiap bulan
kadang aku tak mengerti apa yang kau gambar disana
stickman, pemandangan dua gunung dengan dua matahari mengintip di tengahnya, sawah di kiri, rumah di kanan, selalu begitu.
eh, nggak tahunya, kamu sekarang jadi arsitek

di rumah ini kita berbahagia dan berduka bersama
kadang berantem
piring kaca, alat makan, pajangan bisu tak berdosa pun pernah berubah wujud jadi pesawat terbang yang gagal mendarat
namun kini,
aku, kamu, dan dia
sepertinya punya hobi baru
hobi bermain pisau
pisau itu ditusuk-tusuk ke tubuh satu sama lain
dulu beraninya dari belakang
sekarang dari depan pun tak jadi masalah
yang penting ada lukanya
darahnya kelihatan
mau kelojotan sampai mampus pun bodo amat

***

"Kita adalah satu tim. Kita jalan bareng. Aku nggak bisa jalan sendiri kalau nggak ada kalian. Kompaklah satu sama lain. Kalau kalian pengen jalan sendiri-sendiri, silakan keluar dari rumah ini."

itulah pesan terakhir yang kudengar sebelum aku meninggalkan rumah ini

selamat tinggal rumah tipe 45,
hasil keringatmu bertahun-tahun yang akhirnya terwujud setelah digoyang 98
sepertinya kau takkan tinggal lebih lama lagi di hatiku
aku akan temukan istanaku sendiri
cepat atau lambat

Monday, July 17, 2017 1 comments

Di Bahumu

bahumu
tempatku berbagi bahagia
bahumu
tempatku membagi kisah tanpa cerita
ketika bibir tak dapat mengucap
bahumu
tempatku berpaling dari kenyataan-kenyataan yang sering tak pernah berkawan dengan ekspektasi

kini aku sedang berlari
berpacu dengan aral yang menggempur seakan inginkanku tuk segera mati tergilas roda-roda waktu
namun semuanya akan berhenti
seperti film yang dijeda
ketika aku berada dalam pelukmu
dan kepalaku bersandar di bahumu


Sunday, July 16, 2017 0 comments

Dalam Gelap

sejak kepergianmu
aku berjalan dalam gelap
merangkak dan meraba
jalan seakan tak berujung
dingin
katamu, 
kau akan selalu bersamaku
menemaniku
suka dan duka
tapi, 
mengapa aku tak merasakannya?
Saturday, July 15, 2017 1 comments

Selamat Pagi

dari sekian banyak "selamat pagi" yang masuk dan keluar dari telinga kiri ke telinga kanan
terus balik lagi telinga kanan ke telinga kiri
yang paling kusuka ialah yang keluar dari mulutmu
disingkapkannya selimut dari tubuhku
kemudian aku dipeluknya

"Yo, kemul e kok klengsreh ngene sih?"
kadang ia sedikit menggerutu padaku di pagi hari
entah semalam seperti apa aksi akrobatku di ranjang
kutarik lagi selimutku
lalu aku tidur lagi

itulah ucapan selamat pagi terindah
dari bibir indah ibunda keluar

ah, ibu
anakmu sudah makin besar, ya?


Friday, July 14, 2017 1 comments

Keabadian: Sebuah Tanya

(1)

adakah lagi makna keabadian
selain sebagian dari jiwamu terperangkap dalam diriku
ketika kau tinggalkan aku dengan rentetan tanda tanya
adakah lagi makna keabadian
bila tiada lagi ragamu yang dapat kujamah dengan tanganku
adakah keabadian dirimu?
semua orang katakan bahwa akulah wujud dirimu yang hidup
namun tak sedikit pun aku mengenal engkau

(2)

selamat hari jadi
engkau selalu abadi dalam benakku
meski tak dapat aku merengkuhmu
engkau jauh
jauh disana
kata mereka
jarak antara surga dan dunia
hanyalah sebaris kata dalam doaku
benarkah demikian?

dalam lamun
aku mencarimu
dalam doa
aku mengetuk pintu surga
berharap engkau akan keluar
kembali padaku
dengan tangis
kuteriakkan namamu selalu

biar mereka telah melupakanmu
aku tak peduli
biar mereka menyeretku dari ingatan ini
aku kan bergeming
biar peluru menghunjam tubuhku
kan kusebut namamu
sebagai kata terakhir yang keluar dari mulutku

selamat hari jadi
kau kan selalu abadi
sepanjang waktu
selamanya
Thursday, July 13, 2017 0 comments

Siklus

seperti daun-daun gugur di bulan September
menguning di dahan
jatuh
kembali ke pangkuan Gaia
perlahan
kuning memudar
serupa dengan bumi
cokelat
menghitam
menyatu dengan ibunda
mengandung
menjaga
mencipta
melahirkan
memelihara
begitu terus
tiada satupun yang akan tahu kisah-kisahku
menyaksikan anak-anak dunia merayakan kemegahan alam
warna, hitam dan putih
terang dan gelap
hidup dan mati
awal dan akhir





Friday, July 7, 2017 1 comments

Selamat Tidur, Anakku

Selamat tidur, anakku
Hujan sedari senja tadi menghapus terik tengah hari,
membuat gunung-gunung di sana telanjang tanpa sehelai kabut seperti pagi-pagi yang lalu.
Sisa-sisa dingin yang merobek kulit hendak mengantarmu menuju gerbang alam mimpi,
menghalau musuh-musuh pengganggu lelap di balik selimut tebalmu.

Anakku, jangan tergesa
Tataplah mataku dan genggamlah tanganku sebelum aku pergi lagi
"Ayah, aku takut," lirih kau katakan padaku.
Gadisku, tiada satupun makhluk kan berani menyibak kemulmu, mengguncang-guncang tubuh mungilmu dengan paksa tuk buatmu gelisah seperti semalam.
Titipkan lelah dan takutmu padaku, anakku. Aku tahu semalam kau lelah menangis karena monster-monster nakal itu.

Selamat tidur, anakku
Matikan lampu tidurmu dan tutup matamu menuju mimpi
Damai 'kan di sampingmu selalu
Haraplah esok kau dan aku masih bersua di rumah kecil kita, anakku
Aku merindukanmu
biar aku saja yang menikmatinya
Rinduku padamu kulinting seperti ganja, kuhisap hingga lupa daku akan paku-paku air es yang mengoyak kulitku.
Tahukah engkau wahai gadisku, aku tak pergi darimu.
Aku berjaga di sebelahmu.
Selalu.



Monday, January 2, 2017 1 comments

Esok

Aku tak pernah khawatir akan datangnya hari esok
yang kukhawatirkan adalah apa yang terjadi esok
Adakah pelangi setelah hujan, 
atau justru badai bermekaran setelah dipupuk ribut di ladang. 

 
;