Tuesday, June 21, 2016

Dingin Senja

Lagi-lagi senja yang menyatukan kita.
Kali ini kau serahkan dirimu padaku untuk kumiliki, walau hanya untuk satu senja, hingga biru berubah menjadi kelabu.
Sekarang hanya ada dirimulelaki yang berada di balik kemudi mobil,
dengan jiwa seorang prajurit.
Melindungi dan memperjuangkan yang lemah agar tetap hidup.
Perempuan di sampingmu ialah seorang martir.
Wajahnya tak rupawan,
tak bersayap,
tetapi di dalam hatinya, meregang nyawa demi yang dicintainya pun ia rela.

Hati lelaki yang putih itu telah diserahkan pada perempuan berkepala seperti alam semesta.
Bunga-bunga yang bermekaran dalam kebun milik martir telah mengering.
Ketika kebun bunga sang martir telah tinggal daun-daun bau tanah,
lelaki itu datang lagi untuk menyirami agar tumbuh warna-warni yang pernah ia lihat dahulu.

Sudah terlambat.

Mentari tak berani memamerkan taringnya setelah dikalahkan oleh sisa-sisa dingin hujan kemarin.
Hanya hangat dan cahaya yang diberinya.
Dingin hujan kemarin tak menembus tulang-tulangku.
Kau beriku kehangatan lebih dari yang ditawarkan mentari di langit sana.

Lagi-lagi senja yang menyatukan kita.
Kau ingin bertemu denganku untuk yang terakhir.
Hati ini merindu, mencarimu, dan memilikimu untuk terakhir kalinya saja sudah cukup buatku berbunga.
Aku tak meminta lebih darimu.
Melihat senja di matamu saja sudah cukup.

Terbanglah.
Kita adalah burung-burung yang belajar mengepakkan sayap-sayap lebar.
Mungkin suatu saat nanti aku akan terbang bersamamu.




20 Juni 2016.

Dingin Senja merupakan kelanjutan dari Di Bawah Mentari Senja

1 comment:

Unknown said...

Wow! Keren, Simple, Anggun. :)

Post a Comment

 
;