keluarga adalah tempatmu memulai semuanya dan mengakhiri perjalananmu dalam sehari.
di rumah ini kau langkahkan tapak kaki pertamamu
di depan televisi tabung kau tirukan om Krisyanto nyanyi "Pelangi di Matamu,"
lagu yang rupanya abadi hingga tujuh belas tahun kemudian
eh, nggak tahunya, kamu jadi penyanyi
di rumah ini, kau mencorat-coret buku-buku gambar yang sering kubelikan setiap bulan
kadang aku tak mengerti apa yang kau gambar disana
stickman, pemandangan dua gunung dengan dua matahari mengintip di tengahnya, sawah di kiri, rumah di kanan, selalu begitu.
eh, nggak tahunya, kamu sekarang jadi arsitek
di rumah ini kita berbahagia dan berduka bersama
kadang berantem
piring kaca, alat makan, pajangan bisu tak berdosa pun pernah berubah wujud jadi pesawat terbang yang gagal mendarat
namun kini,
aku, kamu, dan dia
sepertinya punya hobi baru
hobi bermain pisau
pisau itu ditusuk-tusuk ke tubuh satu sama lain
dulu beraninya dari belakang
sekarang dari depan pun tak jadi masalah
yang penting ada lukanya
darahnya kelihatan
mau kelojotan sampai mampus pun bodo amat
***
"Kita adalah satu tim. Kita jalan bareng. Aku nggak bisa jalan sendiri kalau nggak ada kalian. Kompaklah satu sama lain. Kalau kalian pengen jalan sendiri-sendiri, silakan keluar dari rumah ini."
itulah pesan terakhir yang kudengar sebelum aku meninggalkan rumah ini
selamat tinggal rumah tipe 45,
hasil keringatmu bertahun-tahun yang akhirnya terwujud setelah digoyang 98
sepertinya kau takkan tinggal lebih lama lagi di hatiku
aku akan temukan istanaku sendiri
cepat atau lambat
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment